Sabtu, 13 Desember 2014

Namanya Angie



12/11/2014
            Namanya angie, dia adalah gadis impianku. Hadirnya samar dalam sebuah mimpi singat setelah aku terlelap begitu adzan subuh membahana. Dikisahkan dalam mimpi, aku waktu itu sedang jogging di sore hari dimana langitnya tampak mendung. Rupa diriku tak nampak sama sekali, namun aku dapat mengenali tempat dimana peristiwa aku bertemu dengan angie, sang gadis impian pujaan hati. Aku bertemu Angie di jalan terusan sigura-gura, cukup dengan tempat kos ku di jalan candi 3
.
            Angie adalah seorang gadis berperawakan mungil. Tingginya kurang dari 160 cm. kulitnya putih dan rambutnya lurus sebahu. Saat aku bertemu dengannya dalam mimpi, dia sedang memakai rok warna biru keabu-abuan selutut dan kaos lengan panjang warna putih. Saat itu rambutnya di kucir kuda, dia juga menenteng sebuah kamera dan ada sebuah tas ransel kecil warna coklat di punggungnya. 

            Awalnya aku  sedang berlari-lari pelan, melihat seorang gadis cantik di depan mata langkah lariku berubah menjadi berjalan lalu hanya berdiri mematung di depan sesok cantik itu. Ku perhatikan dia yang sedang memotret temannya, (entah kenapa temannya tak nampak jelas apakah dia laki-laki atau perempuan, yang jelas temannya sedikit gendut). Tanpa disangka-sangka, aku berbicara dengan gadis itu, aku memohon agar diperbolehkan untuk mengambil fotonya. Tampaknya aku berbicara sedikit gugup sehingga kurang jelas di telinga gadis itu. Dia malah memberikan kameranya, mungkin dia pikir aku ingin menjadi sukarelawan untuk memfoto dia dan teman gendutnya. Tapi yang terjadi kemudian adalah aku menolak kamera dari gadis itu dan mengeluarkan smartphone siap untuk memfoto dirinya. Dia mulai mengerti apa yang kumaksudkan di awal tadi. Dia pun berpose bersama temannya. Dengan sekali jepret telah ku abadikan foto gadis itu dalam smartphone ku, dalam hidupku. Kamipun berbincang-bincang setelah sesi pemotretan itu, teman gendutnya sudah tidak ada, mungkin dia merasa sudah pergi duluan karena tidak aku perhatikan keberadaannya sedari tadi.
            Kurasa kami mulai memperkenalkan nama masing-masing. Saat dia menyebutkan namanya yang bernama Angie, ada sekelompok anak muda yang entah kenapa juga mendengar namanya dan mulai mengeolok-olok nama nya. Mereka memangil-mangil angie dengan sebutan Angel Lelga. Sepertinya, aku mengajak angie pergi menjauh dari kerumunan anak muda tadi. Ku tenangkan dirinya mengenai olok-olok namanya tadi. Aku tidak begitu yakin, tapi dia seperti bercerita juga tentang keluarganya, terutama ayahnya. Setelah itu kami berpisah. Momen perpisahan itu begitu lambat sekali, kami saling berjalan mundur dan saling menatap tanpa bicara. Kerumunan anak muda tadi masih ada, mereka nongkrong di sebuah gubuk. Mereka yang melihat kami dalam momen perpisahan pun berteriak” PIN BB , PIN BB”dan mimpi pun berakhir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar